Anand Krishna
Bangga dengan akar budayanya dari Peradaban dan Kebudayaan Sunda-Sindhu-Saraswati yang Gemilang, yang juga dikenal sebagai Shintu, Hindu, Indus, Indies, dan Hindia – di mana Nusantara atau Kepulauan Indonesia adalah bagian dari peradaban tersebut sejak masa lampau — Anand Krishna lahir di Solo, Jawa Tengah (Indonesia), yang Oleh Shuka Nadi — lontar-lontar kuno yang sudah berusia ribuan tahun – telah diramalkan sebagai Karma-Bhuminya atau bumi di mana ia mesti berkarya.
Dr. Rajendra Prasad, Presiden pertama India, ketika melihat Krishna kecil menyatakan, “Anak ini bukan anak biasa”. Ramalan itu telah meniadi kenyataan. Tinggi menjulang bagaikan Gunung Meru yang legendaris, Anand Krishna seinchi pun tak bergeming dari jalan yang ditempuhnya, terlepas dari berbagai cobaan dan guncangan yang dihadapinya. Selain Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) sebagai organisasi induk, Anand Krishna juga telah menginspirasi beberapa lembaga sosial dan pendidikan lainnya di atas landasan, “Melayani Tuhan dengan Melavani Kemanusiaan dan Masyarakat”.
Presiden Indonesia keempat, K.H.Abdurrahman Wahid, mengakui kontribusinya dan berkata, “Bila kita menginginkan kedamaian, maka kita harus mendengar apa yang dikatakan Anand Krishna.”
Di hadapan belasan ribu peserta dalam suatu acara di Sarnath (India), YM Dalai Lama menyebut Anand Krishna sebagai “Mitra Umat Manusia dan Budaya Tibet yang memiliki hubungan erat dengan Budaya Indonesia dan India.”
Dan Svargi Ida Pedanda Nabe Gde Putra Telabah menyebutnya Maharshi karena visinya yang jelas, sekaligus upaya-upayanya untuk melestarikan warisan karya-karya kuno Nusantara.
Radio Universitas California (Santa Barbara) memperkenalkan Anand Krishna sebagai Aktivis/Humanis Spiritual.
Hingga kini ia telah memiliki warisan adiluhung hampir 200 judul buku dengan jutaan eksemplar yang sudah tersebar dalam 25 tahun terakhir. Penonton video clips dia di YouTube telah mencapai jutaan pula.
Banyaknya orang dari berbagai latar kepercayaan yang menghadiri pertemuan-pertemuannya adalah salah satu bukti nyata perwujudan visinya tentang “Satu Bumi, Satu Langit, Satu Kemanusiaan.” – yang merupakan interpretasi dari peribahasa Sansekerta “Vasudaiva Kutumbakam”, seluruh umat manusia adalah satu keluarga besar.